Tampilkan postingan dengan label Pemikir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemikir. Tampilkan semua postingan
Senin, 13 April 2015
MISKIN TIDAK HARUS MENGEMIS
Ini adalah sepenggal kisah yang diceritakan oleh Ibu Ernydar Irfan, Semoga menginspirasi.
Miskin Tidak Harus Mengemis.
Hari ini sesosok wanita tua mengetuk pintu kaca toko saya:
“Bu… beli kue saya… belum laku satupun… kalau saya sudah ada yang laku, saya enggak berani ketuk kaca toko Ibu… ”
Saya persilakan dia masuk dan duduk. Segelas air dan beberapa butir
kurma saya sajikan untuknya.
“Ibu bawa kue apa?” tanya saya.
“Gemblong, getuk, bintul, gembleng Bu” jawabnya.
Saya tersenyum dan berkata: “Saya nanti beli kue ibu… tapi Ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu”.
“Muka Ibu sudah pucat”
Dia mengangguk dan melanjutkan bicara:
“Kepala saya sakit Bu.. pusing, tapi harus cari uang. Anak saya sakit,
suami saya sakit, di rumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. Makanya saya paksa jualan”, katanya sambil memegang keningnya.
Air matanya mulai jatuh. Saya cuma bisa memberinya sehelai tisu dan dia melanjutkan bicara: “Sekarang makan makin susah, Bu. Kemarin saja beras gak kebeli, apalagi sekarang. Katanya bensin naik. Apa-apa serba naik. Saya udah 3 bulan saya cuma bisa bikin bubur. Kalau masak nasi gak cukup. Hari ini jualan belum laku, nawarin orang katanya gak jajan dulu. Apa-apa pada mahal. Katanya uang belanjanya pada enggak cukup”.
“Anak ibu sakit apa?” saya bertanya.
“Nggak tau ibu, batuknya berdarah”, saya terpana.
“Ibu.. Ibu harus bawa anak Ibu ke puskesmas, kan ada BPJS?”
Dia cuma tertunduk, lalu melanjutkan bicara:
“Saya bawa anak saya pakai apa Bu? gendong gak kuat, jalannya jauh,
naik ojek gak punya uang”
“Ini kue Ibu bikin sendiri?” tanya saya.
“Enggak Bu, ini saya ngambil ke orang”, jawabnya.
“Terus Ibu penghasilannya dari sini saja?” dia mengangguk lemah.
“Berapa Ibu dapet setiap hari?”
“Nggak pasti Bu, ini kue untungnya 100-300 perak, bisa dapet 4 ribu -12 ribu paling banyak.” jawabnya.
Kali ini air mata saya yang mulai mengalir.
“Ibu pulang jam berapa jualan?”
“Jam 2.
Saya gak bisa lama-lama Bu, soalnya uangnya buat beli beras.
Suami sama anak saya belum makan. Saya gak mau minta-minta, saya
gak mau nyusahin orang.”
Lalu kata saya: “Ibu, kue-kue ini tolong Ibu bagi-bagi di jalan. Ini buat beli beras buat 1 bulan, ini buat 10x bulak balik naik ojek bawa anak Ibu berobat. Ini buat modal Ibu jualan sendiri. Ibu sekarang pulang saja. Bawa kurma ini buat
pengganjal lapar”.
Ibu itu menangis. Dia pindah dari kursi ke lantai, dia bersujud. Tak
sepatah katapun keluar, lalu dia kembalikan uang saya.
“Kalau Ibu mau beli. Belilah kue saya. Tapi selebihnya enggak bu. Saya malu.”
Saya pegang erat tangannya.
“Ibu… ini bukan buat Ibu. Tapi buat Ibu saya. Saya melakukan bakti ini
untuk Ibu saya, agar dia merasa tidak sia-sia membesarkan dan mendidik saya. Tolong diterima”.
Saya bawa keranjang jualannya. Saat itu saya memegang lengannya dan saya menyadari dia demam tinggi.
“Ibu pulang ya…”
Dia cuma bercucuran airmata lalu memeluk saya dan berkata
“Bu.. Saya gak mau kesini lagi. Saya malu. Ibu gak doyan kue jualan saya. Ibu cuma kasihan sama saya… saya malu….”
.
Saya cuma bisa tersenyum dan berkata
“Ibu… Saya doyan kue jualan ibu, tapi saya sedang kenyang.
Sementara
di luar pasti banyak yang lapar dan belum tentu punya makanan.
Sekarang Ibu pulang yaa…”
Saya bimbing dia menyeberang jalan, lalu saya naikkan angkot. Dia terus berurai air mata…
LALU SAYA MASUK LAGI KE TOKO, MEMBUKA-BUKA FB SAYA DAN MEMBACA STATUS ORANG-ORANG BERDUIT YANG MENJIJIKAN
THE SHOW MUST GO ON...!!!
Sumber : ust muhammad wujud
—
Copas ust khalid syamhudi
*recopas dari kawan di group SMT, kisah nyata dan sudah di konfirmasi kebenaran nya dgn ibu yang bersangkutan.*
copas :https://gizanherbal.wordpress.com/2015/01/13/miskin-tidak-harus-mengemis/ dengan sedikit editan capslock
Minggu, 25 Januari 2015
Antara curhatanku dan kamu..
"Antara curhatanku dan kamu yang selalu mendengarkan ku dengan sabar, menasihatiku dengan bijak dan lemah lembut, penuh cinta. Seakan tak ada titik yang mengakhiri kalimatku, membuatmu mencoba mengerti dan paham akan semua yang ku katakan. Tetaplah setia menjadi pendengar ceritaku dikala aku tak sanggup membawanya sendiri. Maukah kau?"
Jumat, 25 Juli 2014
Si Pemikir..
entah sejak kapan sifat itu ada dalam hidup saya.
tersiksa~yups emang kadang rasanya tersiksa banget punya sifat pemikir, setiap apa yang mau saya lakukan saya akan berfikir mulai dari latar belakang sampai tujuan akhir hal tersebut, baguslah kalo kaya gitu?!
mencoba menilai dengan bijaksana..tapi ternyata hal ini belum mencapai kemufakatan dalam pikiranan saya.
mencoba menilai dengan bijaksana..tapi ternyata hal ini belum mencapai kemufakatan dalam pikiranan saya.
tapi kadang sifat inilah yang membuat saya lebih bisa me-manage ‘omongan’ saya yang gak penting, karna saya mempunyai kebiasaan yang bisa dibilang buruk…”cerewet..apa aja diomongin”
mungkin initelah terbukti karna ketika saya jalan dengan mamah, atau teman sekawan saya selama sekolah ataupun di Ma’had mereka pasti mengeluarkan kata ‘cerewet ya’. ;D
Mungkin hanya mereka yang mengetahui sifat saya yang ini, karna merekalah yang sering jalan sama saya. eits. kecuali papah saya..mungkin hanya beliau yang jalan sama saya dan gak pernah protes sama apa yg saya omongin…dan idk.
mungkin ini
Mungkin hanya mereka yang mengetahui sifat saya yang ini, karna merekalah yang sering jalan sama saya. eits. kecuali papah saya..mungkin hanya beliau yang jalan sama saya dan gak pernah protes sama apa yg saya omongin…dan idk.
Pemikir…hal yang paling memberatkan bagi saya seorang penderita adalah ketika saya memikirkan sesuatu sampai saya melewatkan hal tersebut, ‘sakitnya tuh disini’ bzzzz
apalagi hal itu ternyata lebih banyak mendatangkan manfaat…rasanya pengen ngulang waktu!tapi apa daya, mungkin ketika saya mengalami kondisi seperti itu saya hanya terdiam..sampai ketika ada orang yang menyangka bahwa saya sedang marah..hmm
alhamdulillah…ada aja sesuatu yang buat saya move on dari keadaan terpuruk macam itu, tapi kalo tiba tiba lagi gak ada? (……………………………)
apalagi hal itu ternyata lebih banyak mendatangkan manfaat…rasanya pengen ngulang waktu!tapi apa daya, mungkin ketika saya mengalami kondisi seperti itu saya hanya terdiam..sampai ketika ada orang yang menyangka bahwa saya sedang marah..hmm
alhamdulillah…ada aja sesuatu yang buat saya move on dari keadaan terpuruk macam itu, tapi kalo tiba tiba lagi gak ada? (……………………………)
Terkadang ketika dalam masalah sifat Si Pemikir itu makin menjadi-jadi dan tanpa diduga suatu kesimpulan yang dewasa datang, mengalir gitu aja..
tapi entah, saya kurang ngerti makna dewasa secara harfiah-nya. jadi, saya tidak bisa memastikan kesimpulan yang datang ketika ada masalah datang itu bersifat dewasa, atau malah….
yang jelas dengan sifat kaya gitu saya lebih bisa liat masalah dalam lingkup “subjek dan objek permasalahan”.
"sebab dan penyebab masalah" dsb
jadi, Si Pemikir patut dipertahankan atau ditinggalkan?
mungkin diperbaiki prosesnya aja kali ya..
semoga makin baik deh, apalagi sekarang bulan Ramadhan.
banyak-banyak doa supaya jadi pribadi yang punya akhlak lebih baik dan lebih baik lagi..
mengingat akhlak yg sekarang masih jauh dari kata baik.
tapi entah, saya kurang ngerti makna dewasa secara harfiah-nya. jadi, saya tidak bisa memastikan kesimpulan yang datang ketika ada masalah datang itu bersifat dewasa, atau malah….
yang jelas dengan sifat kaya gitu saya lebih bisa liat masalah dalam lingkup “subjek dan objek permasalahan”.
"sebab dan penyebab masalah" dsb
jadi, Si Pemikir patut dipertahankan atau ditinggalkan?
mungkin diperbaiki prosesnya aja kali ya..
semoga makin baik deh, apalagi sekarang bulan Ramadhan.
banyak-banyak doa supaya jadi pribadi yang punya akhlak lebih baik dan lebih baik lagi..
mengingat akhlak yg sekarang masih jauh dari kata baik.
semangat^^
Mk~
Mk~